Sabtu, 12 September 2009

Hidayah - Ustadz Yusuf Mansyur Temukan Hidayah di “Hotel Prodeo”


E-mail
Written by Redaksi Web   
Thursday, 10 September 2009 09:35
Sejak dua tahun terakhir, wajahnya kerap menghiasi "layar kaca" di negeri ini. Pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini juga memimpin Pondok Pesantren Daarul Qur'an Bulak Santri Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati. Namun, untuk menggapai kesuksesan tersebut, Yusuf Mansyur, putra Betawi asli pasangan Abdurrahman Mimbar-Humrif'ah itu "dipaksa" mencicipi pahit getir kehidupan.

Terlahir dari keluarga yang berkecukupan, ia mampu menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, dengan predikat lulusan terbaik pada tahun 1992. Bapak tiga anak ini juga sempat kuliah di jurusan Informatika Komputer, meski tak rampung karena memilih balapan sepeda motor sebagai jalan hidupnya.

Di tahun 1996, suami Siti Maemunah ini mencoba untuk berbisnis di bidang informatika. Tapi, bisnis ini justru mengakibatkan dirinya terlilit utang hingga miliaran rupiah, sehingga terpaksa menginap di "Hotel Prodeo" selama dua bulan. Di tempat itu, ia mulai tekun beribadah, termasuk membaca Al Qur'an hingga mampu menghapal empat juz. Setelah dibebaskan, Yusuf Mansyur mencoba untuk kembali berbisnis, dan gagal lagi dengan menanggung tumpukan utang. Cara hidup yang keliru itu membuatnya kembali merasakan pengapnya sel tahanan pada tahun 1998.

Kali ini, ia benar-benar menyesali perbuatan bodohnya. Dalam sel tahanan itu pula, Yusuf Mansyur menemukan hikmah tentang keikhlasan bersedekah. Usai menjalani hukumannya yang kedua, ia benar-benar memulai kehidupan baru. Tanpa ragu, ia berjualan es dengan menggunakan wadah termos di terminal Kali Deres, Jakarta. Keikhlasan bersedekah segera diterapkan dalam kehidupannya. Hasilnya tak sia-sia, bisnis es yang dilakoninya berkembang pesat. Termos berisi es yang ditentengnya berganti dengan gerobak. Yusuf Mansyur juga telah memiliki anggota yang siap menjualkan produk dagangannya.

Hidupnya mulai berubah saat berkenalan dengan seorang aparat kepolisian yang memperkenalkannya dengan suatu LSM. Di LSM itu, Yusuf Mansyur menulis buku berjudul Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang, suatu kisah pengalamannya di penjara saat merindukan orangtua. Ternyata, buku itu mendapat sambutan yang luar biasa dari para pembaca. Kondisi itu membuatnya kerap diundang untuk membedah buku hasil karyanya. Undangan mengisi tausyiah kian mengalir deras. Setiap tausyiahnya, Yusuf Mansyur tak lupa untuk selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata.

Kariernya semakin melambung saat produser PT Virgo Ramayana Record, Yusuf Ibrahim, mulai meliriknya. Kaset tausyiah bertajuk "Kun Faya Kun, Teh Power of Giving dan Keluarga", diluncurkan. Berkat konsep keikhlasan sedekah itu pula, Yusuf Mansyur berkiprah di layar kaca dan layar lebar.  

Bersama rekannya, Yusuf Mansyur mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al-Qur'an (PPPA), suatu program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisata Hati.

BERBAGAI SUMBER | GLOBAL

Tidak ada komentar: